Surabaya l informasi-realita.net– Informasi mengenai dugaan kasus pelecehan seksual yang melibatkan oknum tenaga kesehatan di RS Al-Irsyad yang beralamatkan di jalan K.H.M.Mansur 210-214 Surabaya, ramai diperbincangkan di media sosial dan memicu perhatian publik. Kasus ini diduga melibatkan seorang tenaga kesehatan berinisial I dan seorang pasien berinisial A.
Pihak RS Al-Irsyad Surabaya membenarkan adanya laporan dugaan tersebut. Hal itu disampaikan oleh dr. Syahroni, Marketing Customer Care yang mewakili Kasihumas RS Al-Irsyad, saat dikonfirmasi awak media.
Ia menjelaskan, kronologi bermula ketika pasien datang ke RS Al-Irsyad pada Rabu (10/12/2025) untuk menjalani operasi pada bagian tubuh yang bersifat vital. Selanjutnya, pasien kembali ke rumah sakit pada Senin (15/12/2025) guna melakukan kontrol pascaoperasi.
Dalam proses pemeriksaan lanjutan, tenaga kesehatan yang bersangkutan menangani luka pascaoperasi yang berada di area dekat alat vital pasien. Saat melakukan tindakan medis untuk mengeluarkan nanah akibat infeksi, diduga terjadi sentuhan yang kemudian memunculkan dugaan pelecehan seksual.
“Karena posisi luka memang berada dekat area vital, kemungkinan sentuhan tersebut terjadi tanpa unsur kesengajaan,” jelas dr. Syahroni.
Meski demikian, pihak pasien telah melaporkan peristiwa tersebut ke kepolisian untuk ditindaklanjuti melalui proses penyelidikan dan penyidikan sesuai hukum yang berlaku.
Sementara itu, manajemen RS Al-Irsyad Surabaya menyatakan telah melakukan pemeriksaan internal terhadap oknum tenaga kesehatan yang diduga terlibat. Saat ini, yang bersangkutan dinonaktifkan sementara selama proses penyelidikan berlangsung.
Dugaan kasus ini menuai reaksi luas dari masyarakat. Sejumlah warga menilai peristiwa tersebut mencoreng kepercayaan publik terhadap institusi pelayanan kesehatan. Rumah sakit yang seharusnya menjadi tempat aman bagi pasien kini mendapat sorotan tajam.
Kasus ini tidak hanya dipandang sebagai persoalan individu, tetapi juga dinilai mencerminkan lemahnya pengawasan internal dan penerapan etika profesi tenaga medis. Dampaknya, citra institusi pelayanan kesehatan turut terdampak.
Beberapa warga mengaku merasa khawatir saat mengakses layanan kesehatan dan menyoroti perlunya transparansi serta tanggung jawab dari pihak rumah sakit.
“Ketika rumah sakit tidak mampu menjamin rasa aman pasien, kepercayaan publik bisa runtuh. Kasus seperti ini harus ditangani secara terbuka dan tegas,” ujar seorang tokoh masyarakat Surabaya.
Publik kini mendorong adanya evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengawasan dan pelayanan tenaga medis. Masyarakat juga menantikan langkah konkret serta transparan dari kepolisian dan pihak rumah sakit guna memastikan keadilan bagi korban sekaligus mencegah kejadian serupa terulang di masa mendatang.
(Red)



