Informasi-realita.net,Surabaya,Adanya pandemi di Indonesia membawa tantangannya tersendiri bagi pelaku industri kreatif yang membutuhkan banyak adapatasi dari kondisi baru tersebut. Tidak sedikit pelaku industri kreatif yang gulung tikar dan merubah format brandnya, namun di sisi lain brand-brand lokal baru aktif lahir secara masif selama pandemi Tak tanggung-tanggung, brand baru tersebut mampu bersaing dan bertahan hingga saat ini. Semangat para pelaku ekonomi kreatif itulah yang juga turut membantu pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Hal ini juga didukung dengan semakin meningkatnya kecintaan terhadap brand lokal di masyarakat Indonesia.
Pembahasan mengenai industri kreatif juga menjadi salah satu konsentrasi penting di pagelaran edisi ke-3 Konferensi Ekonomi Kreatif Dunia atau World Conference on Creative Economy (WCCE) 2022 awal Oktober kemarin, yang merupakan salah satu side event dalam rangkaian G20 Sebagai tuan rumah, Indonesia menunjukkan komitmen yang kuat dalam upaya memajukan isu-isu ekonomi kreatif ke dalam pemikiran global
Hal ini juga diungkapkan oleh Presiden Joko Widodo saat membuka WCCE 2022 di Bali yang disiarkan secara daring. Presiden Joko Widodo menyebutkan bahwa pengembangan ekonomi kreatif harus dipacu agar tumbuh lebih besar dan maju, sebab kedepannya ekonomi kreatif akan menjadi tulang punggung ekonomi nasional. Sektor ekonomi kreatif relatif mampu bertahan di saat pandemi dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya
Merespon kondisi tersebut, Basha Market di penghujung Oktober 2022 kembali hadir secara luring. Setelah sebelumnya vakum selama tiga tahun dan sempat mengganti format menjadi kegiatan daring 2 tahu terakhir. Hadirnya Basha Market mengobati rindu banyak pihak, mulai dari penikmat Basha Market hingga brand-brand lokal Antusiasme brand lokal yang ingin berpartisipasi di event ke 12 ini sangat tinggi, terlihat dari banyaknya brand lokal yang masuk ke dalam kurasi Basha Market
Christie Erin, Co Founder Basha menyebutkan bahwa selain brand lokal yang memang sudah familiar di Basha Market, banyak juga brand-brand baru yang masuk dalam kurasi kali ini. “Kita juga terkejut, banyak sekali brand-brand baru yang daftar ke Basha Market Rata-rata memang baru lahir dari pandemi kemarin,” ujar Erin la melihat bahwa adanya pandemi kemarin memang sungguh memprihatinkan untuk banyak pihak, namun Erin juga percaya bahwa nafas industri kreatif tidak akan pernah berhenti “Saya sangat mengapresiasi teman-teman brand lokal yang sungguh luar biasa Banyaknya brand baru yang lahir merupakan satu bukti bahwa kita semua mencari jalan untuk keluar dari kondisi kemarin dan semangat itu yang perlu juga kita dukung bersama,” ujar Erin
Stephen Firmawan P, Revolt Industry menuturkan, “Kembalinya Basha Market secara luring bukan hanya menjadi tanda kegiatan ekonomi berangsur membaik, tetapi sebenarnya juga menjadi titik uji apakah segala stakeholders ekonomi kreatif, khususnya di Surabaya atau Jawa Timur, dapat menggunakan kesempatan yang baik ini untuk terus menumbuh-kembangkan ekonomi kreatif Semoga para pelaku bisnis independen-kreatif, pasar, media, pemerintah, hingga masyarakat luas se-Surabaya tidak hanya menikmati Basha Market, tapi menjadikannya awalan untuk terus terpacu dan berkreasi dalam mewujudkan ekonomi kreatif Surabaya yang hebat,” ujar Stephen.
Devina Sugono, Co Founder Basha menyebutkan bahwa Basha Market kali ini hadir dengan tema MONOPOLI, yang membawa semangat dan harapan untuk brand lokal juga dapat ‘memonopoli’ pasar ekonomi tidak hanyak nasional tapi juga internasional. Basha Market – Monopoli menghadirkan 167 brand lokal yang datang dari Surabaya, Jakarta, Yogyakarta, Bali, dan sekitarnya, Brand lokal yang terlibat di Basha Market Monopoli terdiri dari beberapa kategori yaitu fashion, home living, morn and kids, beauty, hingga food and beverages. Beberapa brand lokal dan industri kreatif yang terlibat antara lain. The Bath Box, Studio Tropik, Fayt, Revolt Industry, Ittaherl, Something, Jaquelle Beauty, Duma, Yajugaya, Miroir, dan masih banyak lainnya. Tingginya antusiasme brand lokal dapat dilihat dari banyaknya brand yang meluncurkan koleksi eksklusif hanya di acara ini. Sebut saja Kerokoo, Ricosta, Tatakan, The Overtee, dan lainnya “Kita juga senang teman-teman. brand lokal banyak yang meluncurkan koleksinya eksklusif di Basha, yang sebelumnya pengunjung tidak pernah dapatkan di online atau manapun,” ujar Devina
Basha Market selalu hadir dengan konsep-konsep yang baru sehingga membuat pengunjung yang datang merasakan pengalaman yang berbeda dari sebelumnya. Basha Market Monopoli kali ini akan menghadirkan instalasi interaktif seperti Fasion Jail, Monopoli of Life, Permainan Dadu Raksasa yang berkolaborasi dengan studio kreatif lokal Sciencewerk dan Ofsorts.
Sekilas Tentang BASHA
BASHA adalah platform serbaguna yang didesain untuk para seniman dan talenta industri kreatif untuk menampilkan karyanya, bertemu dengan konsumen serta berkolaborasi. Basha sudah memasuki tahun ke-delapan dengan 12 kali acara yang diselenggarakan di Surabaya, Jakarta, dan Makassar dan 4 kali event online. Tiap sub-projek melayani tujuan sendiri sebagai sebuah katalis dan inkubator untuk berbagai brand dan talenta agar bisa terus menerus meningkatkan kemampuannya agar bisa melampaui standar pasar saat ini.
BASHA berasal dari kata ‘Pasha’ yang merupakan bahasa slang di Singapura untuk pasar Nama tersebut menyimbolkan sebuah pasar yang ramai dimana para kreator dan konsumen bisa saling berinteraksi. Ketika memulai BASHA menyadari bahwa industri kreatif di Indonesia masih belum memiliki fasilitas yang memadai untuk membantu talenta lokal memamerkan karya mereka. Karena itu Christie Erin Harsono dan Devina Sugono membentuk BASHA sebagai sebuah ekosistem kreatif yang tidak hanya mempromosikan industri tersebut, namun juga melakukannya dengan cara yang menyenangkan dan tak terduga. (dita)